BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar mengajar ada empat komponen penting yang
berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bhan belajar,
suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek
pembelajaran.
Media sebgai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan
sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar
tujuan dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk membantu hal tersebut, maka kami menyusun makalah ini dengan
berbagai teori antara lain kedudukan ilmu social dalam bidang ilmu,
pengertian fakta konsep dan generalisasi, agar tedapai proses belajar
mengajar yang baik dan benar .
1.2 Tujuan Masalah
Setelah mempelajari materi Konten IPS, diharapkan dapat menjelaskan tentang :
1. Memahami perbedaan fakta konsep dan generalisasi dalam IPS
2. Mengetahui sikap dan nilai yang harus di tanamkan dalam IPS
3. Memahami keterampilan – keterampilan yag ada dalam IPS
1.3 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Fakta, Konsep, Generalisasi dan Teori dalam IPS?
2. Fungsi nilai dan sikap dalam IPS?
3. Keterampilan dalam IPS?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fakta, Konsep, Generalisasi dan Teori dalam IPS
Fakta
Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yg merupakan kenyataan yang
sungguh-sungguh terjadi dan terjamin kebenarannya. atau sesuatu yang
benar-benar ada atau terjadi). Fakta adalah segala sesuatu yang
terjadi, dapat diamati, diraba, dilihat, dirasa dan terjadi pada tempat
dan waktu tertentu. Artinya fakta merupakan suatu bukti terjadinya
sesuatu. Bila sesuatu tersebut menyangkut kehidupan masyarakat banyak
dan bersifat sosial, maka fakta tersebut disebut sebagai fakta sosial.
Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang
berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan
individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk)
datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada
guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalarem sebuah aturan
dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa
dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di
luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan
individu (murid).
Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi
alasan untuk menolak teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong
untuk mempertajam rumusan teori yang sudah ada. Di lain pihak, teori
dapat merangkum fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip
agar fakta lebih mudah dapat
dipahami.
Banks (Ischak:2004:2.7) mengemukakan bahwa fakta merupakan pernyataan
positif dan rumusannya sederhana. Ada kalanya guru juga perlu mencari
upaya untuk lebih menjelaskan pengertian fakta ini dengan cara yang
sederhana misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, seperti :
1) Siapakah teman anda yang tidak hadir hari ini !
2) Siapakah nama guru IPS Anda yang sedang mengajar saat ini?
3) Ada berapa meja belajar yang ada di ruang ini ?
Jawaban yang dikemukakan siswa atas pertanyaan di atas merupakan fakta.
Dengan demikian, akan disadari bahwa fakta itu amat banyak dan tak
terhitung jumlahnya. Namun, perlu disadari bahwa fakta bukan tujuan
akhir dari pengajaran IPS. Pengetahuan yang hanya bertumpu pada fakta
akan sangat terbatas. Hal ini dikarenakan oleh :
1. Kemampuan untuk mengingat fakta sangat terbatas.
2. Fakta bisa berubah pada suatu waktu, misalnya tentang perubahan iklim
di suatu kota, perubahan bentuk pemerintahan, dan sebagainya.
3. Fakta hanya berkenaan dengan situasi khusus.
Fakta merupakan salah satu bahan kajian yang amat penting dalam mata
pelajaran IPS, dengan kata lain bahwa fakta merupakan salah satu materi
yang dikaji dalam IPS. Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat
menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa yang pernah terjadi. Fakta
merupakan titik awal untuk membentuk suatu konsep. Dari beberapa konsep
yang saling berkaitan kita dapat membentuk suatu generalisasi. Fakta,
konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial yang harus dipahami siswa.
Konsep
Bila beberapa fakta dikumpulkan dan dilakukan penarikan kesimpulan,
maka hasilnya disebut dengan konsep. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 588), pengertian konsep adalah gambaran mental dari
objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
akal budi untuk memahami hal-hal lain. Menurut Soedjadi (2000:14)
pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan
dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili kelas objek-objek,
kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang
mempunyai atribut yang sama. Contohnya “keluarga”, maka dalam konsep
keluarga itu pasti ada bapak, ibu, anak, saudara. Contoh konsep lain
adalah korupsi. Korupsi merupakan suatu tindakan penyimpangan dari
untuk kepentingan umum dialihkan untuk kepentingan pribadi atau
kelompok.
Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan
merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan
memecahkan masalah. Dari pengertian tersebut dapat ditarik sebuah ke
simpulan bahwa konsep mengandung atribut. Atribut adalah ciri yang
membedakan tabel objek atau peristiwa atau proses dari obyek, peristiwa
atau proses lainnya. Atribut dapat didasarkan atas fakta berupa
informasi konkret yang dapat dibuktikan melalui laporan seseorang atau
hasil pengamatan langsung. Laporan verbal, gambar-gambar, chart yang
berisi data dapat digunakan untuk mengkomunikasikan atribut. Misalnya
jika kita memperoleh sesuatu bahwa ada sebuah benda yang terbuat dari
kayu, memiliki empat buah kaki, ada bidang datar di atas kaki tersebut
yang dipergunakan untuk menulis. Maka dengan kemampuan mental kita,
informasi yang berupa fakta tersebut kita sederhanakan dengan cara
memberi nama atau label yaitu ”meja tulis”.
Dari contoh tersebut menggambarkan bahwa seseorang harus terlibat dalam
proses berfikir, karena ia sedang memikirkan tentang contoh-contoh
konsep. Proses berfikir tersebut sering disebut dengan istilah
”konseptualisasi”.
Oleh karena itu, kesan mental (mental image) dari seseorang tentang
suatu konsep akan berbeda karena tergantung kepada latar belakang
pengetahuan, ilmu yang dimiliki, dan budaya orang yang melakukan
konseptualisasi. Karena setiap orang membangun konsepnya sendiri
berdasarkan pengalaman, dalam membaca buku, diskusi dan sebagainya
sehingga ia menangkap sesuatu bahwa:
a) Konsep bukan suatu verbalisasi/tidak spesifik.
b) Konsep adalah kesadaran mental yang bersifat internal yang
mempengaruhi perilaku.
Menurut Womack (1970), selain memahami konsep yang dibangun berdasarkan
pengenalan kita terhadap atribut kelas (penggolongan) dan simbol, juga
penting memahami tingkat arti (level of meaning) dari sebuah konsep. Ia
berpendapat bahwa sebuah konsep studi sosial merupakan kata atau
sekumpulan kata (prosa) yang berkaitan dengan satu gambaran tertentu
yang menonjol dan bersifat tetap (Certain, vakint, inalienable,
features = tetap, menonjol, tak dapat dicabut).
Konsep sangat penting bagi kehidupan manusia karena konsep dapat
membantu seseorang untuk mengorganisasikan informasi atau data yang
mereka terima. Konsep dapat menempatkan informasi dalam kategori
-kategori atau kelompok-kelompok dan mempertimbangkan hubungan antar
data. Berbeda dengan fakta yang terbatas pada situasi khusus, konsep
mempunyai penerapan yang luas dan memiliki banyak penafsiran. Konsep
dapat diperoleh di mana seseorang harus mengenal, memahami, dan
merumuskan data-data yang menjadi ciri atau atribut dari suatu konsep.
Pengalaman sebelumnya sangat diperlukan untuk menghadapi bermacam konsep
dalam situasi yang berbeda.
Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit atau abstrak, luar
atau sempit, satu atau frase. Beberapa contoh konsep yang bersifat
konkrit, misalnya : Manusia, Gunung, Lautan, Daratan, Rumah, Negara,
Barang konsumsi, Pabrik, dll. Contoh konsep yang bersifat abstrak
seperti berikut dibawah ini : Demokrasi, Kejujuran, Kesetiaan, Keadilan,
Kebebasan, Tanggung jawab, Hak, Pertimbangan, Sistem hukum, dll .
Konsep dapat berupa sejumlah fakta yang memiliki keterkaitan dengan
makna atau difinisi yang ditentukan. Karakteristik atau ciri-ciri konsep
disebut atribut , misalnya konsep tentang “sepeda motor” dapat
dijelaskan dengan atribut berikut :
a) Kendaraan beroda dua.
b) Digerakkan dengan mesin.
c) Berbahan bakar bensin.
Generalisasi
Generalisasi merupakan salah satu konsep dasar yang harus dikuasai
untuk mempelajari IPS, karena dalam pembelajaran IPS banyak konsep -
konsep yang bersifat abstrak maupun konkrit yang didasarkan atas fakta
yang terjadi di lingkungan sekitar peserta didik. Hubungan antara dua
konsep atau lebih yang sudah teruji secara emperis dinamakan
generalisasi.
Ciri-ciri generalisasi
1. Menunjukkan hubungan antara dua konsep atau lebih.
2. Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan keseluruhan
kelas dan bukan bagian atau contoh.
3. tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep.
4. Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran dan
bukan hanya berdasarkan pengamatan semata.
5. Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan
validasi artinya diuji berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan
menggunakan sistem penalaran dan equity.
Fungsi generalisasi
1. Membantu dalam pemilihan bahan pengajaran.
2. Mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar.
3. Membantu dalam membangun pengertian (artikulasi) bahan-bahan
pengajaran dalam kurikulum studi IPS.
Perbedaan antara konsep dan generalisasi
a) Generalisasi adalah dasar-dasar atau aturan-aturan yang dituangkan
dalam kalimat yang kompleks. Konsep adalah suatu kesatuan atribut
berkaitan.
b) Generalisasi memiliki tesis yang menunjukkan sesuatu tentang subjek
kalimat. Konsep tidak memiliki tesis.
c) Generalisasi bersifat objektif dan impersonal/tidak satu/umum.
Konsep amat subjektif dan personal yang memiliki konotatif yang berbeda
antara orang yang satu dengan orang yang lain.
d) Generalisasi memiliki aplikasi yang universal. Konsep hanya terbatas
pada orang-orang tertentu.
e) Untuk membentuk suatu generalisasi pada taraf awal harus didukung
oleh sejumlah besar fakta yang membawakan sejumlah konsep untuk
mengungkapkan sebuah generalisasi. Fakta memiliki keberlakuan atau
penerapan yang sangat terbatas ke arah waktu, tempat, dan ruang, atau
kejadian lain. Sedangkan konsep memiliki daya keberlakuan dan penerapan
yang lebih luas yang membantu seseorang untuk membentuk dan memahami
suatu generalisasi.
f) Dengan generalisasi kita dapat memperkirakan kejadian-kejadian yang
akan datang. Karena memiliki keberlakuan yang lebih luas, maka konsep
dan generalisasi lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan fakta.
Teori
Teori adalah sepasang proposisi yang berhubungan, dan menerangkan
hubungan antara beberapa generalisasi. Proposisi yang membutuhkan fakta
merupakan teori yang lebih mudah dari pada proposisi yang menghubungkan
konsep. Kriteria untuk menyusun teori sebagai berikut :
a) Bagaimana kompleksnya proposisi yang dihubungkan
b) Sampai sejauh mana teori itu dapat diterapkan
c) Bagaimana luasnya proposisi yang dihubungkan
d) Sampai seluas mana hubungan dari proposisi-proposisi yang melukiskan
dan menerangkan unsur yang penting dari tingkah laku manusia
e) Samapai sejauh mana teori membimbing kearah pendalaman yang lain
f) Berapa banyak konsep yang diharapkan pada kenyataan yang ada dalam
teori
Sampai sejauh mana terujinya hipotesis yang dapat diambil dari proposisi
yang dihubungkan dengan teori tersbut dapat teruji Menurut, David
Easton (Djojo Suradisastra, 1991/1992), teori generalisasi terdiri dari 3
tingkatan :
a) Generalisasi Singular Hanya menghubungkan 2 konsep.
b) Teori dimensi sempit Terbebtuk oleh berbagai pernyataan yang
terinterelasikan sedemikian rupa sehingga data yang belum tertata dalam
pernyataan dapat dituang dalam suatu pernyataan umum.
c) Teori berdimensi luas Menjangkau sesuatu yang lebih luas dari teori
dimensi sempit jangkauannya meliputi keseluruhan dalam suatu ilmu.
Setelah memahmi teori, kita dapat lebih melihat keteraturan mengenai
gejala-gejala dalam masyarakat lebih sempurna. Dengan demikian akan
dapat membawa kita kepada pemikiran tentang sebab-akibat dalam batas
tertentu.
2.2 Nilai dan Sikap dalam IPS
Pengertian dari nilai dan sikap
Nilai adalah seperangkat keyakinan atau prinsip prilaku yang telah
mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang
terungkap ketika berfikir atau bertindak. Sikap adalah suatu karakter
atau tindakan yang dilakukan seseorang yang akan menghasilkan nilai yang
bervariasi.
Jenis-jenis nilai
a) Nilai subsantif
Nilai subsantif adalah keyakinan yang telah di pegang oleh seseorang dan
umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan
informasi semata. Setiap individu memiliki keyakinannya atau pendapat
yang berbeda-beda.
b) Nilai prosedural
Nilai prosedural adalah keyakinan yang perlu dilatih atau dibelajarkan
antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati
kebenaran, dan menghargai pendapat orang lain. Nilai-nilai kunci
tersebut memiliki arti masyarakat demokratis.
Sifat-sifat nilai
1. Nilai itu bersifat umum, mempengaruhi seseorang terhadap sejumlah
objek dan terhadap orang. Nilai berkenaan dengan sesuatu yang khusus.
Inilah yang membedakan sikap. Sikap biasanya berkenaan dengan yang
khusus. Suatu nilai akan ukuran untuk menentukan apakah itu baik atau
buruk, nilai juga melakukan seseorang. Orang mendapatkan nilai dari
orang lain dalam lingkungannya. Nilai yang dianut seseorang tercermin
dari sikapnya.
2. Nilai bersifat utuh, sistem dimana semua jenis nilai terpadu saling
mempengaruhi kuat sebagai suatu kesatuan yang utuh.
3. Nilai juga bersifat abstrak, oleh karna itu yang dapat dikaji hanya
r-indikatornya saja yang meliputi : cita - cita, tujuan yang dianut
aspirasi yang dinyatakan, sikap yang ditampilkan atau nampak, yang di
utarakan perbuatan yang dilakukan serta kekhawatiran.
Dalam pendidikan kita menyakini bahwa nilai yang menyangkut peranan
afektif ini perlu diajarkan kepada siswa. Agar siswa mampu menerima
nilai dengan sadar, mantap dan dengan nalar yang sehat. Diharapkan agar
para siswa dalam mengembangkan menuju jenjang kedewasaan memiliki
kemampuan untuk memilih (dengan bebas) dan menentukan prinsip yang
menjadi anutannya
Mengajarkan nilai lebih memerlukan “skill” dibandingkan dengan
mengajarkan kepercayaan dan sikap. Kita tidak bisa menentukan bagaimana
nilai itu beroperasi dalam diri anak sementara ia berbuat, atau bersikap
terhadap sesuatu, padahal kita beranggapan bahwa “nilai” ini tercermin
dalam sikap dan prilaku seseorang. Oleh karna itu dalam pendidikan
nilai, guru tidak bisa segera mengambil kesimpulan mengenai hasil
kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Artinya masih memerlukan
waktu untuk menentukan apakah kegiatan belajar mengajar itu berhasil,
kurang berhasil, atau tidak berhasil tergantung bagaimana nilai itu
sendiri.
Sikap memiliki pengertian rumit, karena itu terdapat berbagai rumusan
tentang sikap yang dikemukakan para ahli, disebabkan adanya latar
belakang pemikiran dan konsep yang berbeda. Menurut Thursone sikap
adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, pemahaman, gagasan,
rasa takut, perasaan terancam dan keyakinan-keyakinan tentang sesuatu
hal. Menurut Rochman Natawijaya (1984:20), sikap adalah kesiapan
seseorang memperlukan sesuatu objek, di dalam bertindak. Kesiapan
sendiri merupakan penilaian dan negatif dengan intensitas yang
berbeda-beda untuk waktu tertentu, itu sendiri bias berubah-ubah.
Hubungan antara sikap dan nilai.
Seperti halnya dengan sikap, nilai juga dirumuskan secara beragam,
landasan berbeda - beda serta tujuan dan disiplin yang berbeda - beda.
Nilai merupakan konsep dalam ekonomi, fisiologi, pendidikan dan
bimbingan juga dalam sosiologi dan antrapologi. Untuk lebih menegaskan
pemahaman kita seperti dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa nilai
itu merupakan konsep tentang kelayakan yang dimiliki seseorang atau
kelompok, yang mempengaruhi bagaimana seseorang atau kelompok memilih
cara, tujuan dan perbuatan yang dikehendakinya sesuai dengan anggapannya
bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Nilai yang dimiliki seseorang
dapat mengekspresikan mana yang lebih disukai mana yang tidak,
demikianlah dapat disimpulkan bahwa nilai menyebabkan sikap. Nilai
merupakan determinan bagi pembentuk sikap, yang selalu terjadi adalah
satu sikap disebabkan oleh banyak nilai.
Seperti sudah dikemukakan di atas bahwa di dalam sikap telah terkandung
aspek-aspek kognitif, afektif dan kecenderungan bertindak. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara nilai dengan
aspek-aspek kognitif, afektif dan kecenderungan bertindak. Dari kajian
para ahli dapat ditegaskan bahwa :
Ada hubungan timbal – balik antara nilai dengan kognitif.
Ada hubungan timbal – balik antara afektif dengan kognitif.
Nilai mempengaruhi kesiapan seseorang yang pada akhirnya akan menunjukan
kepada terwujudnya perilaku yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan
penghayatan terhadap keyakinan.
2.2 Keterampilan dalam IPS
Pengertian Keterampilan dalam IPS
Di sekolah, IPS menyediakan kajian terkoordinasi dan sistematis dengan
mengambil dari dispilin-disiplin antropologi, arkeologi, ekonomi,
geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agaa, dan
sosiolog, serta ilmu-ilmu kemanusiaan, matematika dan ilmu-ilmu alam.
Somantri (2001) mengemukakan bahwa Pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin
ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Klasifikasi Keterampilan dalam IPS
Keterampilan dalam IPS dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kategori. Namun secara umum dapat terbagi atas (1) work-study skills;
contohnya adalah membaca, membuat outline, membuat peta dan
menginterpretasikan grafik; (2) Group-process skills; contohyna adalah
berpikir kritis dan pemecahan masalah;serta (3) social-living skills;
contohnya adalah tanggungjawab, bekerjasama dengan orang lain, hidup dan
bekerja sama dalam suatu kelompok.
Oleh karena keterampila IPS merupakan dasar seseorang untuk dapat
berhubungan dengna orang lain dalam kehidupan bermasyarakat maka NCSS
(1971) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keterampilan yang seyogianya
dapat dimiliki, antara lain
(1) keterampilan penelitian
(2) keterampilan berpikir
(3) keterampilan berpartisipasi sosial
(4) keterampilan berkomunikasi
Keterampilan penelitian diperlukan untuk mengumpulkan dan memproses
data, seperti berikut ini :
1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi data
2. Mengumpulkan dan mengorganisasi data
3. Menginterprestasi data
4. Menganalisis data
5. Mengevaluasi hasil
6. Menggeneralisasi hasil
7. Mengaplikasikan pada konteks yang lain
Berpikir kritis adalah melihat sesuatu dengan jelas, sedangkan berpikir
kreatif adalah melihat sesuatu dengan kreatif. Beberapa hal yang
termasuk ke dalam keterampilan berpikir yang dapat dikembangkan guru
dalam pembelajarna, antar lain berikut ini :
1. Menetapkan sebab dan akibat
2. Mengevaluasi fakta
3. Memprediksi
4. Menyarankan konsekuensi-konsekuensi dari suatu fenomena
5. Meramalkan masa depan
6. Menyarankan alternatif pemecahan masalah
7. Mampu memandang sesuatu dari perspektif yang berbeda
Beberapa ketearmpilan yang termasuk ke dalam keterampilan partisipasi
sosial, antara lain berikut ini :
1. Mengidentifikasi konsekuensi dari tindakan seseorang dan dampaknya
terhadap orang lain.
2. Memperlihatkan kebaikan dan perhatian terhadap orang lain
3. Berbagi tugas dan membangun kerja sama dengan orang lain
4. Memfungsikan keanggotaan dan sebuah kelompok
5. Mengadopsi beberapa variasi dari peran dalam kelompok
6. Terbuka terhadap kritik dan saran .
Beberapa diantarnya yang termasuk ek dalam keterampilan untuk menunjang
berkomunikasi adalah :
1. Pemahaman tetang lambang dan sistem lambang, seperti warna dalam peta
dan lambang >, =, + dalam matematika
2. Pemahaman tentang aturan dan ketentuan yang terkaitkan dengan sarana
komunikas
3. Pengungkapan gagasan secara jelas dan kreatif melalui berbagai bentuk
komunikasi
Perkembangan Siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar IPS
Anak yang berda di kelas satu dan dua sekolah dasar dilihat dari usia
menurt Bredekamp (1987:4) berada dalam rentangan usia dini, yaitu anak
yang berusia empat hingga delapan tahun.Keterampilan kognitif yang
dimiliki anak adalah : mengklasifikasi, konservasim merangkai, mengurut,
membandingkan, memahami perbedaan waktu, memahami hubungan,
mengorganisasi dan mengingat informasi, mengenal tindakan, mengenal
ojek, mengenal perubahan dimensi serta membuat hipotesis sederhana.
Menurut Erikson, bekerja dan berhubungan efektif dengan teman sebaya
sebagai upaya mengembangkan perasaan berkemampuan. Tantangan
perkembangan pada usia ini adalah perjuangan antara mengembangkan
perasaan berkemampuan dengan perasaan rendah diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fakta adalah segala sesuatu yang terjadi, dapat diamati, diraba,
dilihat, dirasa dan terjadi pada tempat dan waktu tertentu, fakta
merupakan suatu bukti terjadinya sesuatu bila sesuatu tersebut
menyangkut kehidupan masyarakat banyak dan bersifat sosial. Perbedaan
antara konsep dan generalisasi : Generalisasi adalah dasar-dasar atau
aturan-aturan yang dituangkan dalam kalimat yang kompleks. Konsep adalah
suatu kesatuan atribut berkaitan, Generalisasi memiliki tesis yang
menunjukkan sesuatu tentang subjek kalimat. Konsep tidak memiliki
tesis.
Nilai adalah seperangkat keyakinan atau prinsip prilaku yang telah
mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang
terungkap ketika berfikir atau bertindak. Sikap adalah suatu karakter
atau tindakan yang dilakukan seseorang yang akan menghasilkan nilai yang
bervariasi.
NCSS (1971) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keterampilan yang seharusnya dapat dimiliki dalam IPS, antara lain
(1) keterampilan penelitian
(2) keterampilan berpikir
(3) keterampilan berpartisipasi social
(4) keterampilan berkomunikasi
3.2
DAFTAR PUSTAKA
Taneo SP, Konten IPS, dalam 221_kajian ips_3.0.pdf, diakses 14 Oktober 2013
Winataputra Udin S., Materi dan pembelajaran IPS, Jakarta : Universitas Terbuka 2009
Sumaatmadja Nursid, Konsep Dasar IPS, Jakarta UT, 2007
BSE IPS SD
0 komentar:
Posting Komentar